Wednesday, February 25, 2009

KEPRIBADIAN DAN ATLET

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Pencipta dan penguasa seluruh jagat raya, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada kekasih Allah, Rasulullah Muhammad saw., nabi dan pemimpin umat yang mulya.

Dalam hal ini penulis bersyukur pada Allah swt, karena penulis telah selesai menyelesaikan makalah yang berjudul KEPRIBADIAN DAN ATLET.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas ini masih jauh kepada kesempurnaan, tapi harapan penulis mudah-mudahan tugas ini dapat bermanpaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Tugas ini terdiri dari tiga Bab, dimana dalam Bab I penulis menulis mengenai pendahuluan yang berisi pada garis besarnya mengenai latar belakang pendidikan olahraga dan pendidikan jasmani secara garis besar, kemudian Bab II penulis mencoba membahas mengenai kepribadian dan siswa, Bab III Kesimpulan apa yang penulis bahas.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak sehingga sehingga penulis mendapatkan pengalaman yang berharga, dalam rangka kesempunaan tugas ini, penulis mengharapkan masukan (kritik) yang membangun sehingga kelak penulis dapat memperbaikinya.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Walaupun hingga kini rumusan olahraga masih kontroversi, namun untuk sekedar mengetahui perbedaan dengan pendidikan jasmani, ada baiknya penulis ambil salah satu definisi olahraga. International Council Of Sport and Physical Education (ICSPE) mengemukakan bahwa olahraga adalah setiap kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau dengan orang lain, atau konfrontasi dengan unsure-unsur alam. Apabila ditambah kata pendidikan, maka bunyinya menjadi pendidikan Olahraga dan proses pendidikan untuk olahraga.

Aktivitas dan tujuan pendidikan jasmani jauh lebih luas dari pada aktivitas dan tujuan pendidikan olahraga. Aktivitas dalam pendidikan olahraga lebih terbatas hanya pada aktivitas-aktivitas yang berbentuk olahraga. Sementara itu aktivitas-aktivitas dari pendidikan jasmani lebih luas lagi, yaitu dapat berupa olahraga atau berupa aktivitas jasmani lainnya seperti rekreasi, petualangan, aktivitas sosial, berbagai gerak dasar, dan atau aktivitas sosial.

Apabila dilihat dari tujuannya, pendidikan olahraga dan pendidikan jasmani sama-sama ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun, selain itu pendidikan olahraga sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan olahraga, sementara itu, pendidikan jasmani sekaligus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga. Oleh karena itu, olahraga dengan pendidikan olahraga merupakan bagian dari pendidikan jasmani.

B. Pandangan Sosiologi Olahraga

Dari sudut pandang sosiologi olahraga dipandang sebagai sebuah penomena sosial sentral yang dibentuk oleh banyak faktor sosial budaya. Sosiologi olahraga bertujuan untuk membahas keberadaan olahraga ditinjau dari struktur sosial secara internal dan ekternal, termasuk perilaku sosial secara mikro (perilaku kelompok) dan secara makro (perilaku dan struktur organisasi dari sistem olahraga nasional).

Tiga bidang garapan utama sosiologi olahraga dapat ditinjau dari:

  1. Sistem sosial, misal: pengaruh olahraga pada budaya majemuk terhadap kehidupan sosial masyarakat, hubungan struktur sosial dengan proses kehidupan sosial dalam olahraga, pengaruh olahraga terhadap kehidupan individu dan sosial (keluarga, tempat kerja, politik, sistem pendidikan, dan struktur sosial secara menyeluruh)
  2. Figur sosial, misal: kepribadian olahragawan, pelatih, wasit, ofisial
  3. Kecabangan olahraga, misal: olahraga individu, kelompok, persaingan, sertah Pengaruhnya dan masalah-masalah yang muncul pada kecabangan olahraga.

Termasuk ke dalam sub bidang garapan sosiologi olahraga antara lain: olahraga dan masyarakat, olahraga dan kehidupan manusia (rutinitas, kerja, dan waktu senggang), olahraga dan organisasi, olahraga dan masalah-masalah sosial, olahraga pada berbagai sosial budaya.

Untuk itu penulis disini khusus akan mengaplikasikan salah satu sub bidang garapan sosiologi olahraga yang didalamnya diaplikasikan dalam pendidikan jasmani yaitu membahas salah satu sub bidang olahraga dan kehidupan manusia yang menjabarkan tentang bagaimana kepribadian dan siswa kalau dihubungkan dengan sub bidang sosiologi olahraga yang didalamnya yaitu pendidikan jasmani.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepribadian

Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, tujuan utama dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang perilaku. Sejak kepribadian merupakan sebuah abstraksi atau konstruksi hipotesis dari atau tentang perilaku (Martens, 1975), maka tidaklah mengejutkan bila secara histories kepribadian merupakan salah satu isu yang paling popular dan secara luas dibahas dalam psikologi olahraga yang didalamnya termasuk pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan telah berhubungan erat dengan partisipasi dalam olahraga dan aktifitas fisik dalam pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan bagi para siswa.

Meskipun topik khusus telah membahas hal tersebut, namun perlu ada strategi untuk memadukan keduanya, berikut ini bisa kita lihat bagan berikut:

Strategi pertama menunjukkan proses penjelasan atau prediksi. Petunjuk ini menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat: sebab menunjukkan adanya dimensi kepribadian khusus (ditunjukkan dengan variable situasional dan environmental) sedangkan akibat menunjukkan adanya dimensi penampilan atau outcome. dalam hal ini “Apakah orang yang memiliki kecemasan yang tinggi akan menampilkan keadaan stress yang lebih atau kurang dari pada mereka yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah? Yang menjadi penekanan dalam strategi pertama ini adalah paradigma khusus eksperimental, dimensi kepribadian, factor-faktor situasional yang semuanya menjadi variable independent sedangkan variable dependent ditunjukkan dengan adanya dampak dari penampilan.

Strategi kedua berhubungan dengan proses deskripsi. Pendekatan ini memberi penekanan untuk menetukan adanya perbedaan kepribadian pada partisipasi pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan khusus dan aktifitas fisik. Dalam hal ini ada pertanyaan: “Apakah sekelompok siswa memiliki karakteristik kepribadian yang umum dan berbeda dengan sekelompok yang bukan siswa? Jika pertanyaan ini berhubungan dengan gambar 1.6, maka keterlibatan dalam pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dan aktifitas fisik akan menjadi variable situasional dimana siswa akan diekspos sedangkan yang bukan siswa tidak. Jika variable situasional, pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dan aktifitas fisik telah berdampak secara significan, maka siswa dan non siswa akan menunjukkan karaktersitik kepribadian yang berbeda.

Daftar gambaran di atas dapat diperluas dengan mudah sejak kelompok-kelompok yang berbeda dapat dikontraskan untuk memperoleh perbedaan kepribadian, contoh lelaki versus wanita, tim versus sendirian, siswa berkelas versus siswa yang masih rendah pengalaman. Dengan paradigma eksperimental ini, beberapa grup menjadi variable dependent (bergantung).

B. Alam Kepribadian

Definisi

Ada beberapa definisi mengenai kepribadian, di antaranya:

  1. ………… total dari karakteristik seseorang yang membuatnya unik (Hollander, 1967)
  2. …… suatu bentuk keunikan seseorang (Guilford, 1959)
  3. ……. susunan karakter seseorang yang kurang lebih stabil dan bertahan dan behubungan dengan temperamen, intelektual dan fisik yang menuntut penyesuaian yang unik terhadap lingkungan (Eysenck, 1960)
  4. …….. organisasi yang dinamis di dalam system psikofisik seseorang yang menuntut kesesuaian terhdap lingkungannya (allport, 1937)
  5. …… seperangkat karakter dan kecenderungan yang stabil yang menentukan keumuman dan perbedaannya dalam perilaku psikologis (pikiran, perasaan dan tindakan) manusia yang memiliki kontinuitas dalam waktu yang barangkali mudah dimengerti dalam konteks tekanan sosial dan biologis yang spontan dalam keadaan mandiri (Maddi, 1968)

Sebagaimana telah Kluckhohn dan Murray (1949) nyatakan bahwa setiap orang seperti semua orang lain, atau tidak seperti lainnya. Pernyataan ini maksudnya merefleksikan pemikiran terhadap penekanan adanya keunikan dan keumuman. kompleksitas keperibadian juga diilustrasikan dengan penekanan adanya stabilitas pada perubahan dan penyesuaian fisik dan psikologi. Perbedaan definisi ini membedakan dan menjadi keragaman keperibadian teori berpikir untuk menjelaskannya.

C. Teori Kepribadian

Teori Psikodinamik. Teori ini ada di dalam lingkungan klinik: para peneliti terdahulu menjadi ahli fisik dengan fokus pada perilaku yang tidak normal atau menyimpang. Meskipun Sigmund Freud telah mengembangkan psikoanlisis dan sangat berdekatan dengan pendekatan psikodinamik dalam keperibadian, namun ada juga tokoh lain yang juga turut andil di antaranya Carl Jung, Alfred Adler, Erich Fromm dan Eric Ericson. Ajaran utama dari Freud adalah munculnya teori yang terdiri dari ed, ego dan superego. Id menunjukkan naluri ketidaksadaran dan menampilkan dua konflik yang abadi antara dua dimensi yaitu hasrat hidup dan dorongan seksual. Ego menunjukkan adanya aspek kesadaran, logika dan orientasi real dari manusia. Super ego merupakan kesadaran murni dan berkaitan dengan norma, susila, nilai, sikap dan moral. Dari sini Freud sebenarnya berbicara tentang konflik kepribadian utamanya adalah konflik antara seksualitas tanpa sadar dengan insting agresif. Fromm dan Ericson mengajukan interpretasi interpersonal tentang perilaku yang menyatakan bahwa kekuatan instingtual berasal dari id, ego dan super ego. Modifikasi pendekatan psikodinamik memerlukan observasi informal, intuisi klinis, dan kepercayaan pada dinamisasi intrafisik. Demikian menurut Mischel (1973). Berikut ini bagan yang mengaitkan teori konflik kperibadian dan teori psikodinamik:

Teori Fenomenologis. Teori ini dikembangkan oleh Maslow (1943) dengan memunculkan konsep yang lebih menakankan pada holistic daripada atomistic, fungsional daripada taksonomi, dinamis daripada statis, dinamis daripada kasual, purposif dari simple-mekanis.

Pendekatan teori Maslow memunculkan lima tingkatan kebutuhan yang ada pada diri manusia, yaitu: kebutuhan psikologis (kebutuhan dasar seperti lapar, haus, tidur dan seks, keamanan (baik emosi maupun fisik), cinta (kasih sayang dan afiliasi), penghargaan (prestasi, kekuasaan dan status), dan aktualisasi diri (refleksi dari kepuasan diri). Bagan lima kebutuhan ini digambarkan oleh Maslow dengan bagan, sebagai berikut:

Secara fenomenologis, teori kepribadian itu beragam. keberagaman ini disesuaikan pada penekanan konsep perubahan diri, pertumbuhan dan kematangan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan diri. Rogers (1964) mengatakan bahwa perubahan itu didasarkan dengan orientasi nilai dari anak-anak menuju dewasa dan dari dewasa menuju kematangan psikologis.

Teori Konstitusional (Jenis Tubuh). Teori konstitusional atau teori jenis tubuh selalu dikaitkan dengan Stanley Kretschmer dan William Sheldon. Dengan teori ini menunjukan bahwa setiap orang mempunyai fisik-fisik khusus atau jenis-jenis tubuh, yang secara genetic menentukan factor yang memberikan kecenderungan pada konsistensi perilaku.

Sheldon memberikan skema yang sudah sangat popular. Dalam skema ini ada tiga dimensi yang struktur tubuhnya dianggap aneh, yaitu: mesomorphy (berotot), endomorphy (bulat, gemuk), dan ectomorphy (lurus, kurus). Setiap dimensi ini dihubungkan dengan jenis kepribadian tertentu atau temperamen. Selengkapnya lihatlah bagan berikut:

Teori Kejanggalan. Pendekatan teoritis yang memiliki pengaruh terkuat dalam penelitian keperibadian pada psikologi adalah pandangan tentang pembawaan yang janggal.

Pembawaan kepribadian sendiri telah disampaikan dengan berbagai cara. Contohnya Allport (1964) memberikan masukan mengenai struktur neurofisik yang memiliki kapasitas untuk memberikan stimuli fungsional yang seimbang dan memberikan tanda-tanda khusus yang berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku yang ekspresif.

Dalam pendekatan Cettel, keperibadian ditampilkan sebagai pembanding di antara struktur sifat-sifat pembawaan yang hirarkis. Secara khusus, melalui analisis factor, terdapat 171 pembawaan asli yang dapat diidentifikasi. Pembawaan-pembawaan asli ini secara total dianggap sebagai penyebab keunikan perilaku siswa-siswa. Dengan demikian setipa siswa memiliki pembawaan asli yang berbeda, karena masing-masing siswa pada dasarnya memiliki keunikan yang tidak sama dengan yang lainnya. Dari 171 pembawaan asli ini dapat dibagi menjadi 16 kategori, factor-faktor atau klusternya disebut dengan sifat-sifat pembawaan yang mengemuka. Berikut table yang diberikan Cattel:

BAB III

KESIMPULAN

Dalam hal ini setelah penulis menelaah ternyata bahwa Aktivitas dan tujuan pendidikan jasmani jauh lebih luas dari pada aktivitas dan tujuan pendidikan olahraga. Aktivitas dalam pendidikan olahraga lebih terbatas hanya pada aktivitas-aktivitas yang berbentuk olahraga. Sementara itu aktivitas-aktivitas dari pendidikan jasmani lebih luas lagi, yaitu dapat berupa olahraga atau berupa aktivitas jasmani lainnya seperti rekreasi, petualangan, aktivitas sosial, berbagai gerak dasar, dan atau aktivitas sosial. Termasuk ke dalam sub bidang garapan sosiologi olahraga antara lain: olahraga dan masyarakat, olahraga dan kehidupan manusia (rutinitas, kerja, dan waktu senggang), olahraga dan organisasi, olahraga dan masalah-masalah sosial, olahraga pada berbagai sosial budaya.

Ternyata hubungan kepribadian dan siswa kalau dilihat strategi menunjukkan proses penjelasan atau prediksi. Petunjuk ini menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat: sebab menunjukkan adanya dimensi kepribadian khusus (ditunjukkan dengan variable situasional dan environmental) sedangkan akibat menunjukkan adanya dimensi penampilan atau outcome.

Yang harus kita adalah paradigma khusus eksperimental, dimensi kepribadian, factor-faktor situasional yang semuanya menjadi variable independent sedangkan variable dependent ditunjukkan dengan adanya dampak dari penampilan para anak didiknya/siswa.

Kalau dilihat dari Ego menunjukkan adanya aspek kesadaran, logika dan orientasi real dari para siswa. Sedangkan Super ego merupakan kesadaran murni dan berkaitan dengan norma, susila, nilai, sikap dan moral.

Jadi suda jelas bahwa kepribadiandan siswa dalam pemahaman akan pentingnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara harfilah bahwa ego dan super ego akan memberikan pengaruh yang besar kepada penampilan para siswa begitu pula kalau kita lihat secara psikologis bahwa kepribadian seseorang siswa akan memberikan dampak bagi prestasi siswa dalam suatu proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan di sekolahnya terutama untuk pencapaian kognitif, afektif dan fsikomotor.

Sehingga untuk membuat agar siswa-siswa didik kita bisa berprestasi maka kepribadian dan siswa harus diambil strategi-strategi apa yang ada dalam sosiologi olahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Allport, G. W. Personality: A Psychological interpretatation. Holt. 1937

Allport, G. W. Pattern and growth in personality. Holt. Rinehart and Winston. 1964

Anderson, W. G. Teacher behavior in physical education classes. Part I: Depelopment of a descriptive system. Unpublished manuscript. Teacher College, Columbia University, 1975

Albert V. Carron. University of Western Ontario London, Ontario, 1980

Adang Suherman. Dasar-Dasar Penjaskes , 1999/2000

No comments:

Post a Comment