Friday, April 3, 2009

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR (SEBUAH INOVASI DALAM PENDIDIKAN JASMANI)

Oleh :

Akhmad Sobarna

Abstrak

Tulisan ini berawal dari kenyataan bahwa pembelajaran pendidikan di sekolah dasar mempunyai banyak kendala-kendala. Pendidikan jasmani masih dianggap mata pelajaran yang kurang penting dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dasar mempunyai alokasi jam pelajaran yang masih kurang. Pembelajaran pendidikan jasmani masih cenderung membosankan dan lebih mengarah pada penguasaan keterampilan. Di sisi lain pembelajaran di sekolah dasar secara umum kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Sehingga pembelajaran di sekolah lebih cenderung kurang menyenangkan dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak sehingga diperlukan sebuah pembelajaran dengan pendekatan yang melibatkan semua aspek siswa.

Pembelajaran terpadu merupakan sebuah wacana yang sudah diimplikasikan beberapa tahun ini. Keberadaan pembelajaran terpadu memberikan angin segar pada kerangka berpikir para guru sekolah dasar dalam inovasi pembelajarannya. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar dapat menggunakan pembelajaran terpadu sebagai jalan mengurangi berbagai kekurangan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran terpadu pendidikan jasmani dapat berupa perpaduan dua atau lebih materi-materi yang ada dalam pendidikan jasmani, yang direalisasikan dalam suatu pembelajaran. Pembelajaran terpadu pendidikan jasmani dalam pendidikan jasmani dapat juga berupa perpaduan dua atau lebih materi-materi pendidikan jasmani dengan materi-materi mata pelajaran yang lain, seperti: matematika, bahasa indonesia, pendidikan agama, sains, pengetahuan sosial, dan kerajinan tangan dan kesenian. Pembelajaran terpadu didasarkan pada kurikulum berbasis kompetesi tahun 2004, baik dari segi standar kompetensinya, indikatornya, maupun, hasil belajarnya.

Pembelajaran terpadu merupakan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004. pembelajaran terpadu melibatkan pengembangan semua aspek siswa sehingga sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu manusia utuh. Pembelajaran terpadu pendidikan jasmani memberikan suatu pemecahan berbagai masalah yang timbul selam ini mengenai pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Kata Kunci : pembelajaran, terpadu, pendidikan jasmani.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Dalam pendidikan kita mengenal adanya input, proses, dan output. Input merupakan masukan, dalam pendidikan, input adalah para siswa yang akan diberikan ‘perlakuan’ dalam proses pendidikan berupa proses pembelajaran, sehingga menghasilkan suatu output yang berarti hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran yang ada dalam diri siswa tersebut. Proses pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Proses pembelajaran merupakan suatu hubungan interaksi antara siswa, guru, dan lingkungannya. Hubungan itu hendaknya kreatif, kritis, interaktif yang memberikan arah untuk tumbuh kreatifitas, berpikir kritis, dan percaya diri.

Pendidikan jasmani yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan proses pembelajaran mata pelajaran lainnya, proses pembelajaran pendidikan jasmani sangatlah berbeda. Pendidikan jasmani mengajak siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan keinginannya, tetapi kenyataan lain dilapangan mengakibatkan pendidikan jasmani menjadi suatu mata pelajaran yang membosankan dan melelahkan serta tidak sesuai dengan konsep dasar pendidikan jasmani itu sendiri. Kenyataan lainnya adalah adanya kesinambungan antara kurikulum yang diajarakan dengan kehidupan nyata anak sehari-hari seperti diungkap oleh Siswoyo menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah dasar (SD) yang dirumuskan para ahli kurikulum cenderung eksklusif, sempit, dan terlalu akademis dan terkesan semua peserta didik hendak diarahkan jadi ilmuwan (Suara Merdeka, Kamis, 06 Mei 2004).

Mata pelajaran pendidikan jasmani yang mempunyai alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu, dimana satu jam pelajaran berkisar antar 30 – 40 menit. Alokasi waktu tersebut sangat jelas akan mempengaruhi tujuan dari pendidikan jasmani, sehingga proses pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pendidikan jasmani yang sebenarnya dan tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perkembangan anak. Seperti yang diungkap oleh Wiryawan (Pikiran Rakyat, 11 April 2003), bahwa penelitian di Amerika belum lama ini menunjukkan, pembelajaran yang menerapkan kurikulum dengan mata pelajaran terpisah-pisah menjadikan pembelajar kurang berhasil menumbuhkan potensi diri secara maksimal. Kurikulum dengan mata pelajaran terpisah-pisah dalam waktu 50 menit per jam pertemuan menjadi tidak realistik.

Para pembelajar kurang mendapat kesempatan mempelajari sesuatu secara mendalam Sekolah-sekolah cenderung memberikan alokasi wkatu yang sangat banyak pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Pada Sekolah Dasar, hal ini sangat bertolakbelakang dengan perkembangan anak. Kurangnya waktu bagi anak sekolah dasar untuk memenuhi hasrat bergeraknya mengakibatkan permasalahan dalam proses pembelajaran mata pelajaran, ketika anak berkeinginan untuk bergerak di dalam kelas yang sedang berlangsung proses pembelajaran, maka anak tidak dapat menahan hasrat bergerak itu yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi “kacau”.

Hal ini merupakan suatu kenyataan yang menjadi tantangan bagi para guru sekolah dasar untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi anak seusia sekolah dasar. Guru pendidikan jasmani sekolah dasar harus mengetahui dan mengerti karekteristik pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar itu sendiri, kemudian mengerti dan mengetahui strategi pembelajaran yang tepat bagi anak seusia itu. Hal tersebut merupakan nilai tambah, sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, dan terbimbing diharapkan dapat tercapai seperangkat tujuan yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial, dan moral spiritual yang optimal. Mengacu pada pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, maka perlu adanya suatu model pembelajaran pendidikan jasmani yang dipadukan dengan mata pelajaran yang lain. Model pembelajaran tersebut merupakan salah satu inovasi yang dapat memberikan wahana bagi anak dalam beraktifitas yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Model pembelajaran ini juga diharapkan dapat memberikan suatu pola pemikiran kreatif dan inovatif bagi guru dalam meramu proses pembelajaran agar anak merasa senang dan tidak merasa terbebani dengan meteri pelajaran yang ada dalam kurikulum.

PEMBELAJARAN TERPADU

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran dengan pendekatan terpadu, khususnya di negara lain sudah lama dikenal, sebagaimana yang dikemukan oleh Saud (1997:2-3) bahwa pendekatan terpadu pada dasarnya bukanlah suatu gagasan baru dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan TK dan SD. John Dewey, Seorang Pakar Pendidikan Modern Amerika telah melontarkan ide perlunya pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu dalam proses pendidikan dan pembelajaran anak sejak awal abab ke-20. Namun demikian pendekatan pembelajaran terpadu baru mendapat perhatian pada tahun 1970-an, sebagai alternatif pembelajaran anak yang efektif, setelah berbagai penelitian memberikan bukti-bukti bahwa pendekatan pembelajaran tradisional telah gagal mengembangkan anak secara optimal. Hopkin dalam Rusli lutan (1994:26), lebih lanjut menjelaskan bahwa ada aspek-aspek dari keterpaduan dalam pendidikan, yakni: aspek psikologi, sosiologi, dan pedagogi, sedangkan pengertian terpadu merupakan suatu proses yang memandang sesuatu secara keseluruhan atau sebagai satu unit.

Pembelajaran terpadu itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran yang membawa pada kondisi pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk anak. Pembalajaran terpadu merupakan media pembelajaran yang secara efektif membantu anak untuk belajar secara terpadu dalam mencari hubungan-hubungan dan keterkaitan antara apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau informasi baru yang mereka temukan dalam proses belajarnya sehari-hari. Collins dan Dixon (1991:6) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Bredekamp (1992:7) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran orang dewasa hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.

Wiryawan (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) mengemukakan bahwa Keterpaduan dalam konsep pembelajaran terpadu tidak sekadar memadukan isi beberapa mata pelajaran, tetapi lebih luas lagi yaitu memadukan berbagai jenis keterampilan, sikap, atau kemampuan-kemampuan lain sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sejalan dengan itu Wilson dkk., (1991:2), menyatakan bahwa keterpaduan dapat dilakukan melalui keterpaduan kurikulum di mana guru merencanakan suatu pembelajaran mata pelajaran untuk murid-muridnya dalam waktu bersamaan mereka juga belajar sesuatu yang lain seperti IPA, IPS, dan Matematika. Dijelaskan pula bahwa pembelajaran terpadu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman anak tentang fisik mereka dan lingkungan sosial mereka yang dapat mengambil bagian di mana anak-anak belajar bersama dan belajar bahasa. Jadi dalam hal ini beberapa anak mempunyai fokus berbicara dan belajar bersama, serta mengembangkan kemampuan pemahaman masing-masing. Mereka belajar dalam kelompok-kelompok. Dalam kelompok mereka bebas mengeluarkan argumentasinya. Artinya bahwa, Pembelajaran terpadu itu adalah upaya guru memadukan berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran suatu mata pelajaran dan diramu menjadi satu kesatuan pelaksananan pembelajaran yang disesuaikan dengan kenyataan hidup anak. Ibarat rempah-rempah yang satu sama lain mempunyai khasiat yang hampir sama diramu menjadi jamu tolak angin.

Secara singkat dapat dismpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran terpadu adalah upaya memadukan berbagai materi belajar yang berkaitan, baik dalam satu displin ilmu maupun antar disiplin ilmu dengan kehidupan dan kebutuhan nyata para siswa, sehingga proses belajar anak menjadi sesuatu yang bermakna dan menyenangkan anak. Pembelajaran terpadu mengacu kepada dua hal pokok, yaitu : 1) keterkaitan materi belajar antar disiplin ilmu relevan dengan diikat/disatukan melalui tema pokok, dan 2) keterhubungan tema pokok tersebut dengan kebutuhan dan kehidupan aktual para siswa. Dengan demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada strategi dalam mengaitkan dan menghubungkan materi belajar dengan pengalama nyara para siswa.

2. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran Terpadu

Anak secara alamiah berkembang secara terpadu, maka diperlukan suatu pembelajaran yang terpadu untuk membantu perkembangan anak secara benar. Aspek intelektual, sosio-emosional, dan fisik anak harus dikembangkan pada waktu bersamaan. Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu strategi yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensinya secara seimbang, optimal, dan terpadu pula. Pendekatan terpadu pada dasarnya membantu anak untuk mengembangkan dirinya secara utuh, membantu anak untuk menjadi pengembang dan pembangun ilmu pengetahuan melalui pengalaman nyata. Melalui proses pembelajaran terpadu anak dilatih untuk bekerja sama, berekreasi, dan berkolaborasi dengan teman sejawatnya ataupun guru dalam mengembangkan ilmu maupun memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendekatan pembelajaran terpadu mencoba untuk menjadikan pembelajaran relevan dan bermakna, proses belajar mengajar lebih bersifat informal, melalui pendekatan ini aktivitas belajar anak meningkat (Rusli Lutan, 1994 : 27).

Ada dua alasan perlunya penerapan proses pembelajaran memadukan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, atau satu mata pelajaran dengan bahan ajar tertentu, sehingga menjadi satu menu yang akan disajikan dalam proses pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas : 2004), yaitu :

a. Alasan Empirik, karena pada hakikatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu, artinya menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Pergi ke pasar, sebagai misal, merupakan kompleksitas pengalaman hidup yang tidak hanya bersifat sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), tetapi juga matematika (terkait dengan hitung-menghitung harga), dan biologi (tekait dengan soal barang dan bahan yang kita beli), dan sebagainya. Dengan demikian, proses pembelajaran di sekolah sebenarnya dapat dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat, karena proses pembelajaran yang demikian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita.

b. Alasan Teoritis Ilmiah, karena keadaan dan permasalahan dalam kehidupan akan terus berkembang selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, ilmu ruang angkasa menjadi lebih terbuka setelah pesawat ulang-alik dapat mendarat di bulan. Komputer kini menjadi mesin informasi yang telah masuk di rumah kita tanpa permisi. Itulah sebabnya, maka bahan ajar di sekolah sudah pasti harus diperkaya dengan muatan-muatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. Mengingat banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak materi baru yang diusulkan oleh masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah, misalnya lingkungan hidup, ilmu kelautan, pengetahuan tentang narkoba, masalah HIV dan AIDS, pendidikan moral dan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, reproduksi sehat dan pendidikan seks, bursa efek, dan masih banyak lagi. Untuk memasukkan hal-hal tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri, sudah barang tentu tidak mungkin dimasukkan ke dalam kurikulum sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, muatan ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin bertambah itu tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam kurikulum menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan satu organisasi kurikulum yang isinya lebih merupakan pilihan bahan ajar yang secara khusus dipersiapkan sebagai menu untuk proses pembelajaran. Dari sinilah muncul fusi mata pelajaran yang melahirkan kurikulum terpadu (integrated curriculum), dan kemudian melahirkan kurikulum inti (core curriculum).

Para pengembang kurikulum berfikir harus back to basic dalam proses pengembangan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum, timbullah model pembelajaran terpadu, dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat. Hal senada diungkapkan Wiryawan, bahwa alasan memadukan pembelajaran adalah sebagian besar masalah dan pengalaman dalam kehidupan pada dasarnya interdisipliner dan perlu menggunakan keterampilan secara beragam. Melalui pembelajaran terpadu, para siswa bisa belajar dari pengalaman untuk memecahkan masalah sehari-hari, baik secara sederhana maupun kompleks. Lebih lanjut Wiryawan (Pikiran Rakyat, 11 April 2003), pembelajaran terpadu yang bermakna dapat menjadikan siswa sebagai pebelajar mema­hami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubung-hubungkannya dengan konsep lain. Pembelajaran terpadu bukan hanya memadukan ilmu matematika dengan ilmu pengetahuan alam ke dalam suatu bidang, tetapi juga melibatkan ilmu bahasa, sastra, ilmu-ilmu sosial, dan seni dalam proses belajar.

3. Model-model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu mempunyai beberapa model seperti yang diungkap oleh Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas model-model pembelajaran terpadu terdri atas :

a. Model pembelajaran terpadu antara dua mata pelajaran dalam struktur kurikulum yang berlaku. Misalnya antara mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dsb.

b. Model pembelajaran terpadu antara satu mata pelajaran tertentu dengan bahan ajar yang tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, misalnya antara mata pelajaran Pendidikan Agama dengan bahan ajar pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup, antara mata pelajaran Biologi dengan pendidikan reproduksi sehat dan HIV/AIDS, antara mata pelajaran PPKn dengan bahan ajar pendidikan budi pekerti, mata pelajran Bahasa Indonesia dengan bahan ajar keimanan dan ketaqwaan, dsb.

c. Model pembelajaran terpadu beberapa mata pelajaran, lebih dari dua mata pelajaran, misalnya mata pelajaran Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian yang dimasukkan ke dalam satu proyek kegiatan pembelajaran (metode proyek).

Forgarty (1991:4-5) menyatakan ada 10 model yang berhubungan dengan keterpaduan, model-model itu adalah sebagai berikut:

a. Model Fragmented

Model ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah yaitu hanya terfokus pada satu disiplin mata pelajaran, misalnya, mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan sebagainya yang diajarkan secara terpisah.

b. Model Terhubung (connected)

Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu topik dengan topik yang lain dalam satu bidang studi, misalnya, menghubungkan konsep dengan kosep menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

c. Model Nested

Pembelajaran terpadu model nested adalah suatu model pembelajaran terpadu yang kaya dengan rancangan oleh kemampuan guru.

d. Model Sequenced

Sequenced adalah model pembelajaran terpadu di mana pada saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran maka ia dapat menyusun kembali urutan topik suatu mata pelajaran dan dimasukkannya topik mata pelajaran lain ke dalam urutan pengajarannya itu, tentu saja dalam topik yang sama atau relevan. Pada intinya satu mata pelajaran membawa serta pelajaran lain dan sebaliknya.

e. Model Shared

Shared adalah suatu model pembelajaran terpadu di mana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang, contohnya, Matemaika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Kesusastraan dan Sejarah digabung pada label kemanusiaan, seni, musik, menari dan drama di bawah payung kesenian yang pokok, teknologi komputer dan industri rumah tangga sebagai kesenian yang perlu dipraktikan.

f. Model Webed

Webed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu misalnya, transportasi. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, kemudian dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitan dengan bidang-bidang studi lainnya. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.

g. Model Threaded

Threaded adalah suatu model pendekatan seperti melihat melalui teropong di mana titik pandang (focus) dapat mulai dari jarak terdekat dengan mata sampai titik terjauh dari mata.

h. Model Integrated

Integrated adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, prinsip, dan sikap saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.

i. Model Immersed

Model ini dimaksudkan dengan menyaring dari seluruh isi kurikulum dengan menggunakan suatu cara pandang tertentu. Misalnya, seseorang memadukan semua data dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran) kemudian menampilkannya melalui sesuatu yang diminatinya dalam suatu ide.

j. Model Networked

Networked adalah model pembelajaran terpadu yang berhubungan dari sumber luar sebagai masukan dan semuanya meningkatkan yang baru dan meluaskan ide-ide atau mengembangkan ide-ide. Misalnya, seorang arsitek mengadaptasi teknologi untuk mendesain network dengan teknik program dan meluaskan pengetahuan dasar seperti dia telah mengerjakan secara tradisional dengan pendisain bagian dalam ruangan.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu simpulan bahwa pembelajaran terpadu mempunyai model-model tertentu yang berhubungan dengan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran terpadu merupakan perpaduan dua atau lebih materi-materi yang relevan pada suatu mata pelajaran yang ada di sekolah, yang diramu dalam satu skenario pembelajaran, contohnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani ada penggabungan materi gerak dasar lokomotor dan gerak dasar nonlokomotor. Pembelajaran terpadu juga merupakan gabungan materi-materi pembelajaran yang ada dalam dua atau lebih mata pelajaran, yang diramu dalam satu pembelajaran pada satu mata pelajaran yang dipadukan, sebagai contoh perpaduan gerak dasar lompat dan loncat pada pendidikan jasmani dipadu dengan belajar berhitung dasar pada pelajaran matematika, yang dilaksanakan pada pembelajaran pendidikan jasmani di lapangan.

Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan salah satu fase yang dilalui anak untuk memulai belajar berbagai hal. Seperti namanya, lembaga ini memberikan sesuatu pengetahuan yang sangat dasar bagi anak. Salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah dasar adalah pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan, yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk membelajarkan anak dalam usaha mencapai perkembangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Gerak merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran pendidikan jasmani yang memiliki makna dan pengertian yang dinamis. Pembelajaran yang mampu menggali kreatifitas anak dalam bergerak dapat menjadi membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Schmidt (188-346) mengemukakan bahwa belajar gerak pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan merespon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Sedangkan keterampilan berkaitan dengan gerak otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan aktivitas yang diinginkan (Singer, 1982 : 9).

Setiap anak memiliki kemampuan gerak dengan kualitas yang satu sama lain berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan gerak diantaranya adalah bawaan dan lingkungan (Gallahue, 1988 : 63-71). Perbedaan itulah yang mungkin mendasari adanya kurikulum 2004 atau Kurikulum berbasis kompentensi (KBK). Seiring dengan itu guru pendidikan jasmani dituntut untuk dapat melaksanakan kurikulum itu dengan benar, sehingga perlu adanya suatu model pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya kurikulum tersebut.

Dalam Kurikulum 2004 Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar disebutkan bahwa Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) dan pembiasaan pola hidup sehat, yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran yang konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. Selain itu, aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Sedangkan Tujuan Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar yang tersirat dalam kurikulum 2004 adalah untuk 1) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani, 2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama, 3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar Pendidikan Jamani, 4) Mengembangankan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga, 5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education), 6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga, 7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain, 8) Mengetahui dan mamahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat, 9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Tujuan pendidikan jasmani ini harus dapat tercapai melalui proses pembelajaran yang terencana dan teratur.

Selain tujuan tersebut diatas tersirat juga dalam kurikulum 2004 bahwa fungsi pendidikan jasmani meliputi Aspek Organik, Aspek Neuromuskuler, Aspek Perceptual, Aspek Kognitif, Aspek Sosial, Aspek Emosional. Proses pembelajaran pendidikan jasmani selama ini belum dapat berfungsi seperti itu, berbagai pendekatan pemebelajaran pendidikan jasmani selama ini belum mampu merefleksikan fungsi-fungsi pendidikan jasmani. Proses pembelajaran yang teratur dan sistematis perlu dilakukan dalam pendidikaan jasmani agar dapat berfungsi seperti tersebut di atas. Pendidikan jasmani perlu mempunyai suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup semua aspek yang ada dalam diri siswa. Pendekatan pembelajaran terpadu bukan lagi hanya sekadar wacana tetapi harus dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama di sekolah dasar, karena secara alamiah anak berkembang secara terpadu. Aspek-aspek yang ada harus dikembangkan dalam waktu bersamaan sehingga pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu strategi yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensinya secara seimbang dan terpadu, hal ini tentunya sejalan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004.

Berdasarkan kurikulum 2004, ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar meliputi :

1. Permainan dan olahraga:

Aktivitas permainan dan olahraga berisi tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan sistem nilai seperti; kerjasama, sportivitas, jujur, berfikir kritis, dan patuh pada peraturan yang berlaku.

2. Aktivitas Pengembangan:

Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan komponen kebugaran jasmani serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti: kekuatan, daya tahan, kelentukan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh, bentuk latihan yang dilakukan dalam aktivitas ini misalnya; pull-up, sit-up, back-up, push-up, squat-jump dan lain-lain.

3. Uji diri/senam:

Aktivitas uji diri berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti; senam lantai dan senam alat aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri.

4. Aktivitas Ritmik:

Aktivitas ritmik berisi tentang aktivitas yang berhubungan dengan masalah irama. Dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama.

5. Aktivitas Air (akuatik):

Aktivitas air (akuatik) berisi tentang kegiatan di air, seperti; permainan air, gaya-gaya renang, dan keselamatan di air, serta etika di kolam renang.

6. Pendidikan Luar Kelas (outdoor Education)

Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, di taman, di perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano dan lainnya), serta unsur perilaku yang berkaitan dengan aktivitas alam bebas

Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sebagai contoh ; 1) Tahap Persiapan, yang mencakup langkah-langkah persiapan, seperti: Penetapan tujuan pembelajaran, Memilih metode pembelajaran, Memilih materi pembelajaran, Menentukan alokasi waktu, Menentukan alat dan sumber bahan pelajaran, Memilih jenis evaluasi, dan lain-lain; 2) Tahap Pelaksanaan, tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan pada tahap persiapan; 3) Tahap Evaluasi, yang meliputi : Mengumpulkan informasi tentang pencapaian kompetensi, tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar dan Memberikan umpan balik terhadap jalannya pembelajaran (Kurikulum 2004 : 20).

Pembelajaran Terpadu Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Banyak kemungkinan untuk menghubungkan pendidikan jasmani dengan subjek materi yang lain, terutama untuk kelas awal seperti keterpaduan dengan arimatika, bahasa, pendidikan alam terbuka, pendidikan sosial, dan sebagainya. Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 memberikan suatu kesempatan pada guru untuk menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan sekolah. Kurikulum ini juga membantu para guru untuk mengkolaborasikan mata pelajaran pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lain yang materinya relevan dan dapat di aktualisasikan pada suatu pembelajaran terpadu yang memungkinkan untuk dapat mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa sesuai dengan standar kompetensinya. Seperti yang tercantum dalam Rambu-rambu Kurikulum 2004 yang menyebukan bahwa dalam menyusun kegiatan pembelajaran, guru dapat menggabung beberapa kompetensi dasar dalam beberapa akativitas, dan juga dapat menggambungkan hasil belajar dan indikator dalam satu kegiatan pembelajaran.

Materi-materi pembelajaran pendidikan jasmani yang terdapat pada kuikulum 2004 sekolah dasar yang terdiri atas : Permainan dan olahraga, Aktivitas Pengembangan, Uji diri/senam, Aktivitas Air (akuatik), Aktivitas Ritmik, Pendidikan Luar Kelas (outdoor Education), dapat dipadukan dengan tingkat relevannya materi-materi tersebut satu sama lain.


Gambar 1. Pembelajaran Terpadu Pendidikan Jasmani Model 1

Pembelajaran terpadu pendidikan jasmani dapat mencakup dua atau lebih materi yang dilibatkan dan dilaksanakan pada satu materi pembelajaran pendidikan jasmani tersebut. Sebagai contoh, dalam pembelajaran permainan dan olahraga kita melibatkan juga materi lain yang terdapat pada aktivitas pengembangan atau uji diri/senam. Contoh lainnya, kita akan melaksanakan pembelajaran aktibvitas air (akuatik) di kolam renang, kita juga melibatkan materi yang lain yang ada dalam permainan dan olahraga, dengan menggunakan bola kecil atau bola besar, dan kita juga dapat melibtakan materi aktivitas pengembangan atau uji diri/senam.

Pembelajaran terpadu pendidikan jasmani dapat juga melibatkan materi-materi yang terdapat dalam mata pelajaran yang lain di sekolah dasar yang didasarkan pada kompetensi dasar, indikator, dan hasil belajar, seperti : Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian.


Gambar 2. Pembelajaran Terpadu Pendidikan Jasmani Model 2

Materi-materi yang terdapat dalam mata pelajaran-mata pelajaran lain dapat dilibatkan dalam suatu proses pembelajaran pendidikan jasmani yang materinya relevan. Materi yang ada dalam pendidikan jasmani dipilih kemudian dipadukan dengan materi-materi mata pelajaran yang lain. Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 juga memberikan kesempatan para guru utuk membangun tema pembelajaran yang mencakup beberapa materi pelajaran pada mata pelajaran yang berbeda, model ini lebih disebut dengan Tematik. Sebagai contoh, tema suatu pembelajaran pendidikan jasmani, menghubungkan dengan belajar membaca dan berhitung dasar bagi anak sekolah dasar.

Kesimpulan

Pembelajaran terpadu merupakan suatu inovasi yang dapat dikembangkan oleh para guru sekolah dasar sebagai upaya untuk mencapai tujuan dari pendidikan yaitu manusia utuh. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada seluruh aspek, sehigga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup itu semua. Pendekatan pembelajaran terpadu memungkin untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien terutama untuk pendidikan jasmani yang selama ini masih dianggap lebih rendah dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Memadukan pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lain terutama di Sekolah Dasar merupakan suatu usaha untuk mensejajarkan pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lainnya.

Pembelajaran terpadu juga akan menambah jam pelajaran pendidikan jasmani yang selama ini dianggap masih kurang. Dua jam pelajaran pendidikan jasmani akan bertambah secara tidak langsung dengan pembelajaran mata pelajaran lain dengan menggunakan pembelajaran pendidikan jasmani yang memang lebih senang untuk dilakukan. Pembelajaran Matematika yang mempunyai jam pelajaran yang banyak dapat menggunakan pendidikan jasmani untuk proses pembelajarannya melalui pembelajaran terpadu tersebut.

Daftar Pustaka

Annarino, Anthony. 1992. A Curicullum : Theory and Design In Physical Education. London. The CV. Mosby Company.

Beane, J.A. 1995. Connecting Mathematics Across The Curicullum. Virginia. National Council of Teachers of Mathematic Inc.

Bucher, C.A. 1960. Foundation of Physical Education. St. Louis. C.V. Mosby Company.

Setiawan, Caly & Nopembri, Soni. 2004. Teaching Games for Understanding (TGfU) (Konsep dan Implikasinya dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani). Jurnal Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu Kelohragaan. Volume 3 Nomor 2 Agustus 2004. Jakarta : Depdiknas. Ditjora.

Depdiknas.2004. Model Pembelajaran Terpadu. Artikel. Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Gallahue, L., David. 1989. Motor Development. Indianapolis. Indiana : Benchmarks Press, Inc.

Ihat Hatimah. 2003. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung. CV. Andira.

Kasina Ahmad.2003. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Bahasa Indonesia Di Kelas Iii Sekolah Dasar. Jurnal Teknologi Pendidikan Edisi No. 12/VII/Oktober/2003. Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan Depdiknas.

Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Ngalim Purwanto. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Nina Sutresna, dkk. 2003. Model Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning) Penjas di Sekolah Taman Kanak-Kanak. Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusli Lutan. 1994. The Victorian Primary School System and Possible Application In The Indonesian Setting. Melbourne, Victoria.

Siswoyo. 2004. Pembelajaran SD Cenderung Eksklusif. Suara Merdeka, Kamis, 06 Mei 2004.

Wiryawan, Sri Anitah. Pembelajaran Terpadu Hilang Gaungnya Pikiran Rakyat, 11 April 2003.

Sukintaka. 1990. Teori Bermain. Yogyakarta. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Yogyakarta.

Saud, Udin. 1996. Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar : Konsep Dasar dan Model-Model Implementasinya. Bandung.

………….. 1997. Pembelajaran Terpadu : Inovasi untuk Membelajarkan Anak agar Menjadi Manusia ‘Utuh’ Yang Kreatif dan Inovatif. Makalah. Bandung.

Yacobs, H.H. 1989. Interdiciplinary Curricullum : Design and Implementation. Alexandria. VA ASCD.

No comments:

Post a Comment